Wisata Jakarta: Monas (Monumen Nasional)


1. Apakah anda mengaku orang Jakarta tulen?
a. Ya
b. Bukan
c. Only Half Blood

2. Jika ya, apakah anda sudah pernah ke Monas dan tahu bagaimana cara kesana – sampai naik ke dalam Monas?
a. Ya
b. Tidak
c. Hmm… Kira-kira sih tau.

Mungkin 2 pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan untuk membuktikan apakah anda orang Jakarta asli atau bukan. Tapi percaya atau tidak, saya adalah orang Jakarta, lahir di Jakarta, tinggal di Jakarta, dan besar di Jakarta, tapi sampai sekarang umur 23 tahun baru satu kali masuk yang namanya Monas. What a shame… >_<

Monas

Monas

Monumen Nasional atau lebih dikenal dengan nama Monas adalah salah satu icon khas kota Jakarta. Dibangun pada dekade 1961 dan terkenal dengan puncak menaranya yang terbuat dari emas. Disini juga tersimpan rekaman suara Presiden pertama RI Soekarno yang sedang membanyakan Teks Proklamasi. Jika ingin mengetahui sejarah lebih lanjut mengenai Monas silakna klik link ini.

Bagimana cara menuju ke Monas? Caranya cukup mudah. Dari Halte Bus Trans Jakarta Harmoni, anda tinggal mengambil jurusan Blok-M, harga ticket Rp 3.500,-. Lalu turun di Halte Monumen Nasional, halte pemberhentian pertama dari Harmoni. Keluar dari Halte, anda sudah bisa melihat dengan jelas tugu Monas. Jika anda sekarang sedang menghadap ke Monas, maka di belakang anda ada sebuah Museum, ya benar itu adalah Museum Nasional atau dikenal juga dengan Museum Gajah. Jika anda lihat pada gambar di bawah, Halte Busway saya beri tanda bulatan berwarna Biru, ada di peta bagian sebelah kiri.

Monas Map

Monas Map

Biasanya di depan halte busway sudah ada delman yang siap menawarkan jasa untuk mengantar anda ke pintu masuk Monas, tapi harga yang ditawarkan lumayan mahal, yaitu Rp.20.000,- sekali antar. Lebih hemat dengan berjalan kaki, karena jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Pintu masuk-nya berseberangan dengan Gedung Indosat, saya beri tanda warna hijau pada peta. Jarak tempuh kira-kira 200 meter atau kira-kira 10-15 menit dengan berjalan kaki. Di dekat pintu masuk anda akan menjumpai mobil box besar berwarna jingga, itu adalah toilet. Jadi jika ingin pergi ke toilet di dalam Tama Monas, anda cukup mencari mobil box berwarna jingga, biaya Rp1.000,-. Biaya masuk ke Taman Monas adalah free, atau tidak dipungut biaya,

Dari pintu masuk silahkan berjalan menyusuri trotoar sebelah kanan, tidak jauh dari pintu masuk ada tempat untuk menunggu kereta wisata di Monas (warna merah di peta). Kereta ini  bertugas membawa pengunjung ke pintu masuk Tugu Monas, dan yang lebih penting kereta ini tidak dipungut biaya.Kapasitas kereta ini tidak terlalu banyak, jadi anda mungkin harus mengantri cukup lama untuk naik kereta ini. Tpi jika anda tidak mau mengantri, anda bisa berjalan kaki menuju pintu masuk Tugu Monas.

Pintu masuk ke Tugu Monas harus melalui jalur underground atau bawah tanah. Pintu masuknya saya beri tanda bulat ungu pada peta. Jika anda berjalan kaki anda cukup menuju patung kuda di seberang Tugu Monas, lalu carilah rambu berwarna kuning yang akan menunjukkan arah. Setelah masuk ke bawah dan melalui underpass anda akan menjumpai loket ticket masuk ke Tugu Monas. Harga ticket untuk naik ke atas Monas adalah Rp 8.000,- untuk umum/dewasa, Rp4.000,- untuk pelajar/anak-anak, jangan lupa ticket jangan dibuang karena akan digunakan lagi. Waktu operasi adalah pukul 09:00 – 16:00.  Karena kapasitas lift yang tidak terlalu banyak jadi bagi anda yang ingin naik ke atas harus mengantri dan bergiliran.

Untuk pulangnya anda cukup keluar dari pintu masuk bawah tanah menuju ke tempat pemberhentian kereta wisata sebelumnya (warna ungu di peta). Lalu anda bisa naik kereta tadi kembali menuju ke pintu masuk Taman Monas (warna merah di peta). Untuk naik kereta ini anda harus menunjukkan ticket masuk Tugu Monas yang sudah anda beli tadi.

Selamat mencoba, semoga tulisan saya ini bermanfaat untuk anda.

Advertisement

Wisata Jakarta: Pasar Baroe


Pasar Baroe - 1820

Pasar Baroe - 1820

Baru pulang dari jalan2 di kota tua, karena rumah saya searah dengan  pasar baru, ya sudah mampir saja dulu sebentar. Pasar Baru merupakan salah satu pusat perbelanjaan traditional bersejarah di Jakarta. Cara mengakses cukup mudah, yaitu dari Terminal Busway Harmoni naik jurusan Pasar Baru – Ticket Rp 3.500,-. Terminal Pasar Baru adalah terminal ke-3 (Pecenongan – Juanda – Pasar Baru).

Ada 3 pertokoan yang menjadi ciri khas dari Pasar Baru, yaitu: Toko Sepatu, Toko Garment, dan Toko Perlengkapan Olahraga. Toko sepatu disini menjual berbagai jenis merk sepatu, mulai dari lokal sampai produk import. Harga-harga barang disini relatif sama saja dengan harga-harga di tempat lain, akan tetapi disini seringkali menggelar diskon, hampir sepanjang tahun diskon untuk segala jenis barang. Jadi jika dihitung-hitung kembali, produk2 yang dijual disini lebih murah dari tempat yang lain yang sejenis. Pemilik pertokoan disini didominasi oleh Ras India  dan Tiong Hua (Maaf bukan saya Rasis, tapi memang kenyataannya seperti itu). Selain itu kaki lima disini juga sangat beraneka ragam, walaupun kaki lima tanpa ijin usaha yang resmi adalah hal yang illegal di Indonesia tetapi tetap saja ini menjadi daya tarik tersendiri untuk Pasar Baroe. Mungkin hanya sedikit orang yang mengetahuinya, tapi daerah Pasar Baru ini juga cukup terkenal dengan Money Changernya – yang nilai tukarnya cukup bagus.

Pertokoan Pasar Baru

Pertokoan Pasar Baru

Adanya pedagag kaki lima di Pasar Baru ini jugalah yang menyebabkan kebersihan disana sangat buruk. Ditambah lagi jalanan yang mulai rusak. Kendaraan pribadi yang masuk ke dalam kompleks pertokoan dan parkir sembarangan. Mulai banyak muncul pengemis. Dan di malam hari banyak sekali ojek-ojek liar yang parkir sembarangan.

Demikian perjalanan saya semoga bermanfaat.

Wisata Jakarta: Kota Toea – Museum Keramik dan Seni Rupa


Museum Seni Rupa dan Keramik

Museum Seni Rupa dan Keramik

Akhirnya sampai juga pada tempat ke-5, yaitu Museum Keramik & Seni Rupa. Lokasinya berada berseberangan dengan Museum Wayang,  atau berada di sebelah kanan Museum Fatahillah. Jarak tempuh dari ke-2 museum ini sekitar 5-10 menit dengan berjalan kaki. Tiket masuk sama dengan Museum2 yang lainnya, yaitu Rp. 2000,-.

Museum Keramik Tampak Samping

Museum Keramik Tampak Samping

Tak disadari waktu sudah menunjukkan pukul 15:15, Begitu sampai ke depan museum ini pintu utama sudah ditutup, tapi pintu samping nya terbuka. Saya jadi bingung, “Udah tutup apa belum yah?” karena setahu saya di jadwal operasi museum, buka sampai pukul 16:00. Lalu saya melihat 2 orang wanita asing masuk ke dalam pintu itu tanpa ragu. Saya pun mengikuti mereka, jangan2 memang pintu masuknya dari samping.

Begitu masuk saya melihat keadaan sekitar “kok sepi yah?“, pintu2 nya juga sudah dikunci semua. Saya mencoba menghampiri penjaga gedung untuk memastikan apakah benar museum sudah tutup. “Iya Pak Museum sudah tutup dari jam 3” kata si penjaga, “Tapi kalau mau melihat2 di dalam saya bisa bantu“. OMG saya sudah merasakan aura2 yang tidak beres dari kata2nya, dan firasat saya ini benar terbukti pada kalimatnya yang selanjutnya. “Tapi 1 orangnya 5 ribu ya“. Setelah berpikir sejenak saya pun meng-iyakan sajalah. Toh sudah tanggung disana, daripada bolak balik lagi. Lalu si penjaga pun pergi mengambil kunci.

Saya melihat 2 orang bule yang tadi masuk lebih dahulu, dan mereka sepertinya mulai nampak kebingungan. Well.. Saya coba menjadi orang Indonesia yang ramah. Saya jelaskan kepada mereka kalau ingin berkeliling harus membayar fee sebesar 5 rb kepada si penjaga tadi. Si bule pun terkejut, karena dari buku “travel guide” yang mereka baca disana tertulis kalau harga tiket masuk hanyalah Rp. 2.000,-. Oh My Good.. Bule ternyata pelit, mereka nawar harga masuknya – Rp10.000,- ber -4, atau gak jadi masuk. Karena si bule gak bisa ngomong bahasa Indonesia, akhirnya saya deh yang ngejelasin ke si penjaga. Penjaga pun akhirnya meng-iyakan saja, karena gak bisa ngomong bahasa Inggris ke si bule. Haha..

Lukisan - Berjudul Cacing

Lukisan - Berjudul Cacing

Gak banyak yang bisa dilihat di Museum ini, soalnya si penjaga – nya hanya nge-bukain satu ruangan saja, yaitu ruangan yang berada di sebelah kanan museum. Kayaknya kena tipu nih sama penjaganya. Jadi cuma bisa melihat lukisan2 dan beberapa kerajinan tangan saja deh. Cuma butuh waktu 15-20 menit untuk mengelilingi ruangan tersebut. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa dilihat, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari museum ini. Dan perjalanan pun berakhir.

Wisata Jakarta: Kota Toea – Museum Wayang


Tempat ke-4 adalah Museum Wayang, posisinya berada di sebelah kiri Museum Fatahillah. Kira-kira 5 menit berjalan kaki sudah sampai ke gedung ini. Dilihat dari depan gedung ini sepertinya tidak terlalu besar, tetapi jika sudah masuk ke dalamnya ternyata besar juga. Di depan gedung terdapat tulisan Museum Wayang, jadi anda tidak perlu takut salah masuk gedung.  Loket tiket berada tepat di pintu masuk. Harga tiket Rp.2000,- / orang.

Museum Wayang

Museum Wayang

Museum ini jauh-jauh lebih bagus dan menarik daripada Museum Fatahilah, menurut saya sih.Pengunjung disini juga jauh lebih sedikit daripada Museum Fatahillah, mungkin karena ruangan di dalamnya terkesan lebih angker kali yah.

Jan Pieter Zoon Coen Note

Jan Pieter Zoon Coen Note

Namanya juga Museum Wayang, jadi koleksi utama disini adalah wayang, dari wayang kulit khas daerah Jawa sampai wayang dari negeri Polandia bisa anda temukan disini. Karakter-karakter dari wayang Indonesia, terpengaruh oleh kebudayaan Hindu kuno. Mungkin bisa diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar, seperti ini:

  1. Golongan Ramayana: Sri Rama, Rahwana, Hanoman, Shinta, dkk.
  2. Golongan Maha Barata: Yudhistira, Arjuna, Bhima, Nakula dan Sadewa, Gatot Kaca, Karna, dkk.
  3. Golongan Punakawan: Bagong, Petruk, Gareng, dan Semar

Ada juga koleksi wayang yang lain, seperti: Presiden Soekarno, Moh. Hatta,  Cepot, Unyil, Pak Ogah, dan lain-lain. Selain koleksi wayang ada juga koleksi lain seperti catur dengan bidak2nya dari tokoh wayang, lukisan, ondel-ondel, dan satu set koleksi gamelan.

Gambang Kromong

Gambang Kromong

Next – Wisata Jakarta: Kota Toea – Museum Keramik & Seni Rupa

Wisata Jakarta: Kota Toea – Museum Sejarah Jakarta


Perjalanan berlanjut ke tempat ke -3, yaitu Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Fatahillah. Bagaimana cara ke tempat ini? Gampang saja, keluar dari gedung bank Indonesia, belok kiri. Telusuri trototar sepanjang jalan sampai jalan mulai berbelok. Jika anda sudah sampai ke belokan berarti saatnya anda menyebrang. Jika anda sudah menyeberang jalan, maka selamat, posisi anda sekarang ada di Barat Daya Museum Fatahillah. Jalan lurus masuk ke gang tersebut. maka anda akan melihat sebuah meriam besi.  Itu tandanya anda sudah berada di pelataran Museum Fatahillah.

Meriam Besi

Meriam Besi

Kalau anda merasa lapar, anda boleh mencoba masuk ke Cafe Batavia (ini juga termasuk ke dalam salah satu objek wisata di Kota Toea), atau jika anda ingin makan yang murah2 saja, di pinggir jalan banyak yang menjual makanan dengan harga yang bervariasi. Dan saya cukup kaget sekaligus tertawa kecil, sewaktu melihat sebuah kaos oblong yang di jual disana,  karena di kaos itu bertuliskan Manohara. ;D

Karena saya melakukan perjalanan di hari Minggu, maka pengunjung yang datang ke tempat ini juga banyak sekali. Terutama di dominasi oleh Para remaja dan pasangannya, banyak juga turis2 asing disini. Di pelataran Museum Fatahillah  juga banyak sekali tempat penyewaan sepeda ontel, anda cukup membayar Rp.10.000,-.  untuk menyewa sepeda ini selama 30 menit. Sepeda hanya boleh digunakan untuk berkeliling di sekitar kompleks saja. Memang sepeda ontel ini memiliki body yang relatif tinggi, jadi bagi anda yang bertubuh agak pendek dipastikan akan kesulitan mengendarai sepeda ini. Tapi tidak usah khawatir, disini juga disewakan sepeda modern dengan tinggi yang relatif lebih rendah.

Museum Fatahillah

Museum Fatahillah

Saya mulai memasuki Museum ini. Loket ticket berada tepat di Pintu Masuk. Harga tiket adalah Rp 2.ooo,- / orang. Museum ini terdiri dari 2 lantai utama +  1 lantai bawah tanah (penjara). Museum ini layaknya seperti rumah tua yang ditata sedemikian rupa. Jadi koleksi2 yang bisa dilihat di dominasi oleh barang-barang rumah tangga, seperti tempat tidur, kursi, lemari, guci, dan sebagainya. Di belakang gedung ini terdapat sebuah taman kecil. Barang-barang koleksi di Museum ini sangat tidak terawat, sungguh sangat disayangkan sekali. Terlebih lagi pengunjung-pengunjung-nya, banyak sekali yang tidak berusaha merawat warisan budaya, malah merusak-nya. Terbukti dengan banyak nya coretan-coretan di dinding dan banyak koleksi yang rusak.

Saya tidak terlalu lama berkeliling di museum ini, karena terlalu padat membuat saya kehilangan semangat untuk bereksplorasi. Terlebih lagi pengunjung remaja disana, bukannya menikmati koleksi malah sibuk berpacaran. Sangat disayangkan sekali.

Next – Wisata Jakarta: Kota Toea – Museum Wayang